Senin, 19 April 2010

Perilaku Konsumen dan Produsen

1. Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

- pendapatan,

- selera konsumen, dan

- harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus).

Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Ada 2 pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang:

1. Pendekatan Kardinal/Marginal Utility

2. Pendekatan Ordinal / Analisis Kurva Indiverence

Utility adalah rasa kesenangan atau kepuasan yang muncul dari konsumsi, ini merupakan kemampuan memuaskan keinginan dari barang, jasa dan aktivitas. Tujuan konsumen adalah memaksimalkan utilitas dengan batasan berupa pendapatan dan harga yang bersangkutan.

 

1.1  Pendekatan

1.1.1        Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Kardinal

Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan (misalnya mata uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.

Asumsi yang berlaku :

        Bahwa kepuasan seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Pengukuran kepuasan diukur dengan satuan “Util”.

        Marginal Utility of money constant dan Marginal Utility barang-barang konsumsi menurun, hal ini menganut Hukum Gossen I (Law of Deminishing Marginal Utility )  yaitu semakin banyak satuan barang yang  dikonsumsi oleh konsumen maka semakin kecil tambahan/ marginal kepuasan yang diperoleh konsumen atau bahkan nol / negatif.

        Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk pada kendala anggaran mereka.

        Kepuasan total (Total Utility) mempunyai sifat aditive ( penjumlahan unit kepuasan yang diperoleh dari masing-masing barang yang dikonsumsi.



1.1.2        Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Kurva Indiferen / Ordinal

Menganggap kepuasan konsumen tidak dapat dikuantitatifkan,hanya analisis deskritif. Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .

Pendekatan ini mempunyai asumsi :

        Rationality ; konsumen diasumsikan rasional artinya ia memaksimalkan utility dengan pendapatan pada harga pasar tertentu. Dan konsumen dianggap mempunyai pengetahuan sempurna mengenai informasi pasar

        Utility adalah bersifat ordinal artinya konsumen cukup memberikan rangking atau peringkat kombinasi mana saja yang ia sukai. Dengan demikian, konsumen tidak perlu memberikan utils atau satuan kepuassan terhadap barang yang dikonsumsi.

        Menganut hukum Deminishing Marginal Rate of Substitution artinya bila konsumen menaikkan konsumsi barang yang satu akan menyebabkan penurunan konsumsi barang yang lain dan dapat  digambarkan dengan kurva indeferen. 

        Total Utility yang diperoleh konsumen tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsikan.

        Bersifat consistency dan transivity of choice artinya bila , A>B, B>C maka barang A lebih disukai dari B dan barang B lebih disukai dari C kesimpulannya bahwa A>B>C maka A>C.

Perbedaan Pendekatan Kardinal Dan Pendekatan Ordinal :

Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.

Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

Kurva Idiverens

Adalah  kurva yang menghubungkan titik – titik berbagai kombinasi antara 2 barang yang dapat memberikan kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.

Ciri-ciri kurva indiferens

        Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), semakin tinggi tingkat kepuasannya

        Kurva Indiferens tidak berpotongan satu sama lain.

        Berslope negatif.

        Cembung terhadap titik origin.

 

 

Budget Line (Garis Anggaran)

 

        Adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.

        Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran.

        Persamaan garis anggaran :

 I =   X . Px  +  Y . Py

             I = Anggaran

 Px = harga barang X

             Py = harga barang Y

Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran yang ada. 

            Sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi bersinggungan dengan garis anggaran

1.2  Konsep Elastisitas

Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beraga, permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.

            Elastisitas dapat mengukut seberapa besar perubahan suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Sebagai contoh, elastisitas Y terhadap X mengukur berapa persen perubahan Y karena perubahan X sebesar 1%.

            Elastisitas Y terhadap X = % perubahan Y / % perubahan X

 

1.2.1        Elastisitas Penghasilan / Pendapatan (Income Elasticity of Demand)

Permintaan (pembelian) suatu barang atau jasa oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan penghasilan consumen yang bersangkutan baik dlm pengertian nominal maupun riil. Elastisitas penghasilan adalah suatu konsep untuk mengukur derajat respons perubahan permintaan terhadap adanya perubahan penghasilan/pendapatan. Dalam kasus sederhana permintaan dapat dinotasikan sebagai berikut:

Q = f (P,I)

Keterangan :

Q: fungsi permintaan

P : tingkat harga

I: Penghasilan konsumen

            Pada adasarnya terdapat 3 macam elastisitas penghasilan, yaitu :

1.      Elastisitas penghasilan yang bernilai positif :

  1. Elastisitas penghasilan uniler, yaitu ketika peningkatan dalam penghasilan direspon oleh konsumen dengan peningkatan permintaan secara proporsional. Perubahan permintaan yang positif akan memberikan elastisitas penghasilan yang positif pula. Dalam hal ini elastisitas sama dengan satu (E=1).
  2. Elastisitas penghasilan inelastis, yaitu perubahan penghasilan sebesar 1% menyebabkan perubahan permintaan kurang dari 1%. Secara matematis, koefisien elastis penghasilan inelastis bernilai kurang dari 1 tetapi positif (0
  3. Elastisitas penghasilan dikatakan elastis jika perubahan penghasilan sebesar 1% menyebabkan perubahan permintaan lebih dari 1%. Nilai elastisitas penghasilan tipe ini lebih dari satu (E>1).

2.      Elastisitas penghasilan bernilai negatif. Hal ini berarti behwa kenaikan jumlah penghasilan justru mengakibatkan permintaan terhadap suatu barang menurun.

3.      Elastisitas penghasilan bernilai nol. Ketika penghasilan meningkat, jumalah barang yang diminta tidak mengalami perubahan. Berapa pun perubahan penghasilan tidak akan merubah  permintaan (konsumsi) barang tersebut.

 

            Berdasarkan besarnya koefisien elastisitas penghasilan, suatu barang dapat dikelompokkan ke dalam barang mewah, barang normal, atau barang inferior.

 

1.2.2        Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap.

Terdapat tiga macam respons perubahan permintaan suatu barang(misal barang A) karena perubahan harga barang lain (barang B),yaitu: positif,negatif, dan nol.

1.      Elasitisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh,, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Karena kopi dan teh merupakan barang substitusi.

2.      Elasitisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan terhadap permintaan kendaraan bermotor (kedua barang tersebut bersifat komplementer/pelengkap.

3.       Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kasus ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Contohnya kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.

Pengukuran Elasitisitas Silang :

Elasitisitas barang A= perubahan permintaan barang A  + Perubahan harga barang B

                                    Permintaan barang A mula-mula     Harga barang B mula-mula

 

Elastisitas silang barang X = %perubahan permintaan barang X

                                                   %perubahan harga barang Y

 

1.2.3        Elastisitas Penawaran (Price Elasticity of Supply)

            Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk mengukur besar/kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas harga. 

Macam elastisitas Penawaran

1.      Penawaran Inelastis Sempurna (E=0)

Penawaran inelasitis sempurna terjadi bilamana perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Kurva penawaran sejajar dengan sumbu vertical Y atau P (tingkat harga)

2.      Penawaran Inelastis (E<1)

Penawaran inelastic terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada perubahan penawaran. Dengan kata lain jumlah yang ditawarkan relative tidak sensitive terhadap perubahan harga.

3.      Penawaran Elastis Uniter (E=1)

Penawaran elastis uniter terjadi jika perubahan harga sebanding dengan perubahan jumlah penawaran

4.      Penawaran Elastis (E>1)

Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar

5.      Penawaran Elastis Sempurna (E=~)

Penawaran elastis sempurna terjadi ika perubahan penawaran tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga, sehingga penawaran akan sejajar dengan sumbu horizontal (X) atau Q (jumlah output yang ditawarkan).

 

Faktor yang mempengaruhi elasitisitas penawaran

1.      Sifat ketahanan barang

2.      Biaya dan kemudahan penyimpanan barang

3.      Waktu

4.      Sifat alamiah suatu barang

 

Pengukuran elastisitas penawaran dapat dialkukan dengan menggunakan persamaan berikut:

a.       Elastisitas = Perubahan jumlah yang ditawarkan +  Perubahan harga

                    Jumlah yang ditawarkan mula-mula    Harga mula-mula

 

b.      Elastisitas = Persentase jumlah yang ditawarkan

                           Persentase perubahan harga

 

2.      Perilaku Produsen

2.1  Produsen dan Fungsi Produksi

Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan  dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.

Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:

1.      berapa output yang harus diproduksikan, dan

2.      berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.

Kategori Kegiatan Produksi:

·        Produksi sesuai pesanan (custom-order production)

·        Produksi massal yang kaku (rigid mass production)

·        Produksi massal yang fleksibel (flexible mass production

·        Proses atau aliran produksi (process or flow production)

Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.

·        Fungsi Produksi Total (Total Product):

      TP ↔ Q = f(L, K);  L = tenaga kerja,  K = Modal

·        Produksi rata-rata (Average Product): AP

      APL = TP/L atau APK = TP/K

·        Produksi Marjinal (Marginal Product): MP

      MPL = ∆TP/∆L atau MPK = ∆TP/∆K

 

The Law of Diminishing Return

            Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.

Hukum yang menyatakan berkurangnya tambahan output dari penambahan satu unit input variabel, pada saat output telah mencapai maksimum.

Asumsi yang berlaku:

1.      Hanya ada satu unit input variabel, input yang lain tetap.

2.      Teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah.

3.      Sifat koefisien produksi adalah berubah-ubah.

 

Analisis yang menghubungkan input dan output,                  

Q = AkaLb

Keterangan :

1.      Nilai konstanta A, a dan b membedakan proses produksi satu dengan yang lain, Menunjukkan teknologi yang digunakan.

2.      Nilai a menunjukkan elastisitas input K.

3.      Nilai b menunjukkan elastisitas input L.

4.      Skala produksi;

·        Increasing return to scale,  a + b > 1

·        Constant return to scale, a + b = 1

·        Decreasing return to scale, a + b <>

5.      Perbandingan penggunaan input, jika a > b (capital intensive) atau a <>

 

2.2  Produksi Optimal

Konsep efisiensi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan dari aspek ekonomis.

Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep efisiensi teknis. Efisiensi teknis maksimum dicapai pada saat dicapai produk rata-rata maksimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi dan produksi optimum secara teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.

Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis :

p = PY.Y - Px.X

Keterangan :

Y = jumlah produk; PY = harga produk;

X = faktor produksi;

Px = harga faktor produksi.

 

Jadi untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis diperlukan dua syarat , yaitu:

§         Syarat keharusan (necessary condition) : hubungan teknis antara produk dan faktor produksi atau fungsi produksi;

§         Syarat kecukupan ( sufficiency condition) : nilai produk marginal dari faktor produksi yang dipakai harus sama dengan harga satuan faktor produksi itu.

Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan factor produksi untuk memproduksi output tertentu, posisi optimal ini dicapai dimana tidak dimungkinkan untuk meningkatkan output tanpa mengurangi produksioutput yang lain.

 

Tingkat Produksi Optimal

Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantitiy (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapatdicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimum. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biayapersediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.

Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan.Metode EPQ menggunakan asumsi sbb :

barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.

 

2.3  Least Cost Condition

Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan. Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang mensubstitusi. Jadi, selama DX2.P2 > DX1.P1 maka penggantian DX2 oleh DX1 masih menguntungkan. Biaya sudah mencapai minimum apabila DX2 . P2 = DX1.P1 atau DX2/ DX1 = P1/P2 atau MRTS X1X2 = P1/P2.

Dengan demikian untuk menentukan kombinasi dua input dengan biaya terendah

diperlukan dua syarat :

·        isoquant untuk tingkat output yang dikehendaki dan daya substitusi marginal antara kedua input harus diketahui (syarat keharusan), dan

·        daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 ( MRTSX1X2) harus sama dengan rasio harga X1 dan harga X2 (syarat kecukupan) atau MRTSX1X2 = P1/P2 atau PMX1/PMX2 = P1/P2 atau PMX1/P1 = PMX2/P2.



test poting............????!!!!!!

hrrrggghhh,,

knp cii dr 2 hri yg lalu smp skarang blogger g bisa posting..???????????


Sabtu, 17 April 2010

Deret Prima C++


Deret Prima

 

Output:

Input Jumlah Angka : 4

2  3  5  7

 

LOGIKA PROGRAM :

            Dalam pembuatan program deret bilangan prima ini menggunakan statemen perulangan ”FOR” dan ”WHILE”. Statement FOR digunakan untuk menyatakan perulangan yang dapat digunakan untuk mengulang suatu proses yang telah diketahui jumlah perulangannya. Dari segi penulisannya, struktur perulangan for nampaknya lebih efisien karena susunannya lebih simpel dan sederhana.. Sedangkan ’While’  banyak digunakan pada program yang terstruktur. Perulangan ini banyak digunakan bila jumlah perulangannya belum diketahui. Proses perulangan akan terus berlanjut selama kondisinya bernilai benar (true) dan akan berhenti bila kondisinya bernilai salah.

            Pada bagian awal program terdapat pengarah kompiler berupa ”#include”. Pengarah kompiler ini Berfungsi membaca file program tertentu dan mengikutsertakan file tersebut dalam proses kompilasi. Nama file yang dimaksud harus diapit symbol ‘ < ‘ dan ‘ > ‘ atau tanda kutip dua ( “ … “ ). Dalam program tersebut terdapat “#include dan “#include”. ‘conio.h’ menunjukan pengarah kompiler dalam hal pengaturan konfigurasi input output. Sedangkan ‘iostream.h’ merupakan file program yang mengandung deklarasi kelas-kelas yang diperlukan oleh objek cout. File-file dengan ekstensi “.h” yang berisi deklarasi fungsi-fungsi standar C ini, disebut secara umum sebagai file header. ”Main() merupakan contoh fungsi, fungsi ini perlu dideklarasikan agar compiler dapat memeriksa ketepatan pemanggilan fungsi yang bersangkutan. Deklarasi fungsi sering disebut pula prototype fungsi. Pada awalanya program meminta inputan bilangan sebagai batasan bilangan yang akan dicetak atau sebagai banyaknya deret yang dihasilkan. Jika kita menginputkan ’4’ maka akan tampil 4 buah angka pertama prima dimulai dari yang paling kecil yakni ”2 3 5 7” sedangkan jika kita masukkan angka ”5” maka hasil output adalah : ”2 3 5 7 11”. Program tersebut terdapat variabel  ”int bil,i,j,n,jum;”. Variabel ’bil digunakan untuk mengecek hasil proses keseluruhan apakah bilangan tersebut merupakan prima atau tidak dimulai dari 1 sampai dengan jumlah deret yang kita inginkan. Variabel ’i’ digunakan sebagai pengganti hasil bilangan pembagi dari modulo. Misal : ”bil=2 i=1” maka ’bil%i = 2%1’. Variabel ’j’ diguanakan untuk mendefinisikan hasil sisa bagi = 0. Variabel ’n’ digunakan sebagai banyaknya jumlah variabel dari inputan user yang digunakan sebagai batasan dari perulangan ’while’. Pada bagian program tersebut terdapat statemen perulangan ”for(i=1;i<=bil;i++)”hal ini merupakan suatu syarat perulangan dengan memberikan nilai awal i = 1 dimana i bernilai dari 1 sampai dengan variabel ’jum’ yang dimasukkan oleh user. Kemudian statemen selanjutnya terdapat ”if(bil % i = = 0) { j++; }” maksudnya jika variabel ’bil’ memiliki sisa hasil bagi = 0 maka nilai j yang semula 0 akan bertambah menjadi 1. Dan pada kondisi selanjutnya terdapat statemen ”if(j= = 2)” maka akan mencetak bilangan prima tersebut. Jadi definisi bilangan prima disini adalah suatu bilangan yang bisa dibagi oleh bilangan itu sendiri dan memiliki nilai hasil sisa bagi = 0 sebanyak 2 buah. Contohnya angka 5. Untuk angka 5 sendiri itu dapat dijelaskan dari algoritma berikut ini :

i = 1 →  5 % 1 = 0

i = 2 →  5 % 2 = 1

i = 3 →  5 % 3 = 2

i = 4 →  5 % 4 = 1

i = 5 →  5 % 5 = 0

            Dan di atas dapat dilihat bahwa angka 5 memiliki sisa bagi sama dengan nol sebanyak 2 buah. Hal ini menjadi bukti bahwa bilangan prima adalah bilangan yang dapat dibagai dengan dirinya sendiri dengan syarat bilangan tersebut memiliki hasil sisa pembagian sebanyak 2 buah.

Adapun secara rinci program di atas dapat dijalankan dengan algoritma seperti di bawah ini :

*     Input Jumlah Angka : 4

*     jum=4, n=0;

*     bil =1, j=0, i=1, i<=1 ?  maka:

        1 % 1 = 0 → maka nilai j menjadi bertambah 1 (j++) atau j = 1

        Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=2.

*     bil = 2, j =0, n=0, i=1, i<=2?  maka:

        2 % 1 = 0 → j++; j= 0+1=1 maka j=1

        2 % 2 = 0 → j++; j=1+1=2 maka j=2

        Karena j=2 maka cetak ”bil”. Hasil output : 2

        Variabel n bertambah (n++) → n=0+1=1 maka n=1

        Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=3.

*     bil = 3 j=0, n=1, i=1→ i<=3?

        3 % 1 = 0 → j++; j=0+1 maka j=1

        3 % 2 = 1

        3 % 3 = 0 → j++; j=1+1 maka j=2

        Karena j=2 maka cetak ”bil”. Hasil output : 2 3

        Variabel n bertambah (n++) → n=1+1=2 maka n=2

        Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=3.

*     bil = 4 kj=0, n=2, i=1→ i<=4?

         4 % 1 = 0 → j++; j=0+1 maka j=1

         4 % 2 = 0→ j++; j=1+1 maka j=2

         4 % 3 = 1

         4 % 4 = 0 → j++; j=2+1 maka j=3

         Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=5.

*     bil = 5 j=0, n=2, i=1→ i<=5?

         5 % 1 = 0 → j++; j=0+1 maka j=1

         5 % 2 = 1

         5 % 3 = 2

         5 % 4 = 1

         5 % 5 = 0 → j++; j=1+1 maka j=2

         Karena j=2 maka cetak ”bil”. Hasil output : 2 3 5

        Variabel n bertambah (n++) → n=2+1=3 maka n=3

        Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=6.

*     bil = 6 j=0, n=3, i=1→ i<=6?

         6 % 1 = 0 → j++; j=0+1 maka j=1

         6 % 2 = 0→ j++; j=1+1 maka j=2

         6 % 3 = 0→ j++; j=2+1 maka j=3

         6 % 4= 2

         6 % 5= 1

        6 % 6= 0 → j++; j=3+1 maka j=4

        Nilai variabel ’bil’ akan bertambah 1 menjadi bil=7.

*     bil = 7 j=0, n=3, i=1→ i<=7?

         7 % 1 = 0 → j++; j=0+1 maka j=1

         7 % 2 = 1

         7 % 3 = 1

         7 % 4 = 3

         7 % 5 = 2

         7 % 6 = 1

         7 % 7 = 0 → j++; j=1+1 maka j=2

        Karena j=2 maka cetak ”bil”. Hasil output : 2 3 5 7

        Variabel n bertambah (n++) → n=3+1=4 maka n=4

        Karena program di atas hanya menjalankan program dengan kondisi perulangan “while(n jum. Oleh karena itu setelah program mendapatkan nilai variabel n=4 maka program berhenti dieksekusi. Program di atas akan berhenti berjalan jika nilai n telah mencapai harga = 4. Hal ini dapat dibatasi melalui statemen perulangan ‘while(n Sehingga jika kita memasukkan ‘4’ maka akan tampil output 4 bilangan prima pertama yang dimulai dari urutan terkecil sampai bilangan yang lebih besar yaitu “2 3 5 7”

;;

Template by:
Free Blog Templates