Senin, 11 April 2011

Sistem Pemosisi Global atau dalam bahasa Inggris disebut Global Positioning System (GPS) adalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS.

Pada masa lalu para pramuka dan pecinta alam yang sering berkecimpung dengan alam luas, pastilah tidak pernah luput dengan alat yang bernama kompas dan peta kontur (peta yang menggambarkan ketinggian tanah). Berbekal kedua benda tersebut, mereka dapat menentukan posisi dengan cara menggunakan prinsip geometri sederhana yang bernama triangulasi. Dari posisi mereka berada, para pramuka mencari setidaknya tiga titik benda-benda tinggi yang ada di sekitarnya, misalnya seperti gunung dan bukit. Karena adanya penentuan mengenai pencarian tiga titik benda-benda tinggi inilah metoda ini disebut dengan triangulasi. Setelah menentukan triangulasi, kemudian mereka menentukan sudut letak benda-benda tersebut dari posisi mereka dengan menggunakan kompas. Kemudian dilanjutkan dengan mencari titik-titik puncak dari benda-benda tersebut di peta konturnya, lalu menarik garis dengan besar sudut kebalikan dari besar sudut yang telah didapat dari kompas yang ada. Titik perpotongan dari ketiga garis itu adalah posisi dimana mereka berada sekarang.

Metoda inilah (triangulasi) yang digunakan sebagai prinsip teknologi canggih pelacak lokasi GPS yang saat ini semakin populer. Tetapi perbedaannya teknologi GPS menggunakan satelit-satelit yang tersebar di atas atmosfir bumi sebagai pengganti peta kontur dan kompas untuk menentukan lokasi. Selain itu, metode triangulasi sederhana hanya memperhitungkan dua dimensi dalam penentuan lokasi yaitu X dan Y (posisi titik di bidang datar), sedangkan pada GPS memperhitungkan dua dimensi tambahan lainnya yaitu Z (ketinggian titik) dan T (waktu). Dengan demikian sistem GPS memungkinkan penggunanya untuk menentukan lokasi dari suatu titik yang terus bergerak baik di permukaan, di bawah , dan di atas permukaan bumi.

Salah satu hal yang membuat penggunaan GPS menjadi jauh lebih menyenangkan adalah semakin banyaknya peta jalan dari kota-kota besar di dunia yang tersedia saat ini sehingga kita dapat melacak lokasi kendaraan yang sedang bergerak secara real time.

Pada awalnya, teknologi GPS digunakan hanya untuk keperluan militer. Dapat dibayangkan apabila negara yang militernya memiliki kemampuan untuk mengetahui kapan, dimana, siapapun dan apapun dia berada. Setelah adanya insiden penembakan pesawat terbang sipil Korea yang ‘tersesat’ masuk ke wilayah Uni Soviet karena adanya kesalahan navigasi dan menewaskan 296 orang di tahun 1983, presiden Amerika Serikat saat itu (Ronald Reagan) memutuskan untuk membuka akses teknologi GPS untuk bisa dimanfaatkan oleh siapa saja setelah masa uji cobanya selesai.

Hasilnya adalah teknologi GPS yang dapat digunakan juga untuk keperluan masyarakat sipil. Dengan aplikasi yang lebih luas, kita dapat memastikan bahwa perkembangannya akan sangat pesat. Sejalan dengan itu, harganya juga semakin terjangkau dan fitur dari sebuah alat penerima GPS semakin canggih. Perangkat GPS masa kini bahkan tidak hanya dapat menampilkan peta, namun juga memandu penggunanya untuk pergi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

GPS bukanlah satu-satunya aplikasi pencari titik lokasi di permukaan bumi. Teknologi yang memanfaatkan konstelasi 24 dan 32 satelit yang mengorbit bumi ini memiliki beberapa saingan dari beberapa negara lain. misalnya saja Rusia yang mengembangkan GLONASS, Uni Eropa dengan sistem penentu lokasi berbasiskan satelit bernama Galileo, Cina dengan sistem navigasi Compass dan juga India dengan IRNSS.

Meskipun GPS bukanlah teknologi yang masuk kategori baru, GPS sudah dikembangkan sejak tahun 1960-an. Saat ini sudah cukup banyak gadget yang mengintegrasikan teknnologi GPS di dalamnya, tetapi masih jauh lebih banyak lagi perangkat yang tidak memilikinya. Oleh karena itu, ada pula metode penentu lokasi yang tidak memanfaatkan satelit, namun menentukan titik triangulasinya dengan menggunakan lokasi-lokasi pemancar telepon. Cara ini umumnya dimanfaatkan oleh telepon-telepon genggam yang tidak memiliki fitur GPS. Cara yang diterapkan adalah dengan menentukan titik triangulasi memanfaatkan lokasi-lokasi Wi-Fi hotspot umum yang dimanfaatkan oleh perangkat non-telepon yang memiliki konektifitas Wi-Fi seperti PDA.

Akhir-akhir ini kita banyak mendapati istilah A-GPS atau Assisted GPS yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknologi GPS. Munculnya teknologi ini adalah karena tidak semua lokasi dapat memproses sinyal yang dipancarkan oleh satelit GPS dengan baik. Terutama di daerah yang memiliki gangguan statik yang tinggi atau terhalang oleh konstruksi yang tidak bisa ditembus sinyal gelombang elektromagnetik, contohnya seperti tempat parkir di basement.

A-GPS membawa teknologi GPS lebih lanjut dengan memberikan bantuan untuk memperkuat sinyal GPS ;ewat jaringan sinyal telepon genggam sehingga dapat menjangkau lokasi-lokasi yang sebelumnya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, teknologi ini dapat banyak ditemukan pada perangkat telepon genggam atau PDA-phone.

Kamis, 07 April 2011

Menghitung IP Adress pada Kelas C

Alamat IP versi 4

Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.

Contoh alamat IP versi 4 adalah 192.168.0.3.

Representasi Alamat

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.

Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

· Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada.

· Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.

Kelas-kelas alamat

Dalam RFC 791, alamat IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.

Kelas A

Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuahnetwork identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.


Kelas B

Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.

Kelas C

Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.


Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Soal :

Buatlah subnet id, broadcast id dan valid host untuk 5 buah network dengan ipv4 pada kelas c!


Jawab :

1. Langkah Pertama : mencari n dari rumus

2^n – 2 >= a
Dimana: a = jumlah jaringan / host

Dalam kasus kali ini a = 5

Jadi 2^n – 2 >= 5 :

2^n – 2 = 5

2^n = 5+2

2^n = 7

n = 3

2^3-2 = 6 >= 5 (memenuhi)

Jadi nilai n = 3


2. Langkah Kedua (Subnet Mask Awal diubah ke Bilangan Biner) : karena subnet mask awal 192.168.10.0/24 adalah 255.255.255.0, jika diubah ke biner menjadi:

255.255.255.0 --> 11111111.11111111.11111111.00000000

Dari nilai n = 3 kita tambahkan nilai 1 pada 0 mulai dari sebelah kiri sebanyak 3, maka subnet masknya menjadi:

11111111.11111111.11111111.00000000 --> 11111111.11111111.11111111.11100000, diubah ke desimal menjadi 255.255.255.224


3. Langkah Ketiga (Pembagian IP) : kita mulai pembagian IP dimana intervalnya ditentukan dari jumlah 0 pada subnet mask nya. Kita lihat jumlah 0 pada subnet mask ada 5, berarti intervalnya adalah 2^5 = 32.

2^5 = 32 juga berarti bahwa dalam 1 subnetwork memiliki 32 IP, namun hanya 30 IP yang dipakai karena sisa 2 dipakai untuk broadcast ID dan network ID.

Maka pembagian IP menjadi:

· 192.168.10.0 --> tidak bisa digunakan karena bertindak sebagai network ID.

· 192.168.10.32

· 192.168.10.64

· 192.168.10.96

· 192.168.10.128

· 192.168.10.160

· 192.168.10.192

· 192.168.10.224 --> tidak bisa digunakan karena bertindak sebagai broadcast domain.

Sekarang kita bisa terapkan, untuk Jaringan Pertama kita berikan IP 192.168.10.32, tetapi untuk alamat pertamanya kita tidak bisa memberikan .32 ke host karena digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, juga 192.168.10.63 karena digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.33 - 192.168.10.62 .

Untuk Jaringan Kedua kita berikan IP 192.168.10.64.

IP 192.168.10.64 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.95 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.65 - 192.168.10.94 .

Untuk Jaringan Ketiga kita berikan IP 192.168.10.96.

IP 192.168.10.96 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.127 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.97 - 192.168.10.126.

Untuk Jaringan Keempat kita berikan IP 192.168.10.128.

IP 192.168.10.128 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.159 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.129 - 192.168.10.158.

Dan untuk Jaringan Kelima kita berikan IP 192.168.10.160.

IP 192.168.10.160 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.191 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.160 - 192.168.10.190.

Desain Network :




Menghitung IP Adress pada Kelas C

Alamat IP versi 4

Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.

Contoh alamat IP versi 4 adalah 192.168.0.3.

Representasi Alamat

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.

Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.

Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:

· Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada.

· Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.

Kelas-kelas alamat

Dalam RFC 791, alamat IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.

Kelas A

Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuahnetwork identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) di dalam mesin yang bersangkutan.


Kelas B

Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.

Kelas C

Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.


Kelas D

Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.

Kelas E

Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.

Soal :

Buatlah subnet id, broadcast id dan valid host untuk 5 buah network dengan ipv4 pada kelas c!


Jawab :

1. Langkah Pertama : mencari n dari rumus

2^n – 2 >= a
Dimana: a = jumlah jaringan / host

Dalam kasus kali ini a = 5

Jadi 2^n – 2 >= 5 :

2^n – 2 = 5

2^n = 5+2

2^n = 7

n = 3

2^3-2 = 6 >= 5 (memenuhi)

Jadi nilai n = 3


2. Langkah Kedua (Subnet Mask Awal diubah ke Bilangan Biner) : karena subnet mask awal 192.168.10.0/24 adalah 255.255.255.0, jika diubah ke biner menjadi:

255.255.255.0 --> 11111111.11111111.11111111.00000000

Dari nilai n = 3 kita tambahkan nilai 1 pada 0 mulai dari sebelah kiri sebanyak 3, maka subnet masknya menjadi:

11111111.11111111.11111111.00000000 --> 11111111.11111111.11111111.11100000, diubah ke desimal menjadi 255.255.255.224


3. Langkah Ketiga (Pembagian IP) : kita mulai pembagian IP dimana intervalnya ditentukan dari jumlah 0 pada subnet mask nya. Kita lihat jumlah 0 pada subnet mask ada 5, berarti intervalnya adalah 2^5 = 32.

2^5 = 32 juga berarti bahwa dalam 1 subnetwork memiliki 32 IP, namun hanya 30 IP yang dipakai karena sisa 2 dipakai untuk broadcast ID dan network ID.

Maka pembagian IP menjadi:

· 192.168.10.0 --> tidak bisa digunakan karena bertindak sebagai network ID.

· 192.168.10.32

· 192.168.10.64

· 192.168.10.96

· 192.168.10.128

· 192.168.10.160

· 192.168.10.192

· 192.168.10.224 --> tidak bisa digunakan karena bertindak sebagai broadcast domain.

Sekarang kita bisa terapkan, untuk Jaringan Pertama kita berikan IP 192.168.10.32, tetapi untuk alamat pertamanya kita tidak bisa memberikan .32 ke host karena digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, juga 192.168.10.63 karena digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.33 - 192.168.10.62 .

Untuk Jaringan Kedua kita berikan IP 192.168.10.64.

IP 192.168.10.64 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.95 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.65 - 192.168.10.94 .

Untuk Jaringan Ketiga kita berikan IP 192.168.10.96.

IP 192.168.10.96 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.127 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.97 - 192.168.10.126.

Untuk Jaringan Keempat kita berikan IP 192.168.10.128.

IP 192.168.10.128 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.159 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.129 - 192.168.10.158.

Dan untuk Jaringan Kelima kita berikan IP 192.168.10.160.

IP 192.168.10.160 digunakan sebagai network ID dalam subnetwork, dan192.168.10.191 digunakan untuk broadcast ID. Jadi IP yang bisa diberikan ke host memiliki rentang 192.168.10.160 - 192.168.10.190.

Desain Network :




;;

Template by:
Free Blog Templates